saat mentari akan muncul,
ketika bunga segera memekar;
aku justru menyedih.
cahayaku yang meredup,
awan yang menggumpal di atasku,
dan bumi yang menyunyi;
menghantuiku.
aku sungguh meyakiniMu,
tapi tidak melangkahku;
dan aku selalu berkataMu,
tetapi terhitung jari;
dan leherku tetap menegak.
setiap pagi,
ketika matahari menerbit,
dan tetes embun menggantung di dedaunan,
cahaya kekecewaanMu,
menyayat dinding jantungku.
belasan ribu pagi kurasai ini;
belasan ribu hari kuberjanji;
belasan ribu malam tak kuhirau.
akukah aku yang seperti ini?
berhentilah.
itu bukan yang kuingini.
karena aku ingin meneduh setelah lelahku.
[yss/jan2019]